Kompas, 9 Oktober 2009
JAKARTA, KOMPAS.com — Makin menipisnya persediaan air tanah membuat sejumlah pakar ketar-ketir. Data terakhir dalam kurun waktu 16 tahun atau antara 1982-1997, wilayah Monas mengalami penurunan permukaan tanah (land subsidence) sebesar 60-80cm.
Ketua Tim Riset Kementerian Riset dan Teknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (Ristek-BPPT) Teddy W Sudinda memang belum dapat memprediksi penurunan yang terjadi sejak 1997 hingga 2009. Namun, riset juga berbicara bahwa pada tahun 2005 Jakarta defisit air tanah sebesar 66.65 juta m3.
"Ini kan diakibatkan pengambilan air tanah terus-menerus. Harus kita kembalikan sebelum tanah makin ambles. Kalau tanah ambles kan enggak bisa dikembalikan, " tuturnya kepada Kompas.com di ruang kerjanya, Jumat (9/10).
Menurut Teddy, caranya beraneka ragam dan dimainkan oleh seluruh unsur di Jakarta, baik pemerintah, perusahaan, maupun masyarakat. Masyarakat di Jakarta bisa mulai dengan menaati Pergub No 68/2005 yang mengharuskan setiap warga Jakarta membuat sumur resapan dangkal di rumahnya masing-masing.
Di rumah, warga juga dapat membuat biopori yang tak jauh berbeda dengan sumur resapan dangkal di kedalaman 2-4 meter. Biaya pembuatannya pun hanya berkisar antara Rp 1 juta-Rp 2 juta. Cara lain yang dapat ditempuh adalah menggalakkan pembuatan sumur resapan dalam dan waduk resapan pada kompleks gedung bertingkat dan perumahan.
Belum ada kebijakan khusus yang mengatur kewajiban ini. Padahal, gedung bertingkatlah yang paling boros 'minum' air tanah. Teddy mengatakan, biaya pembuatan sumur resapan dalam memang cukup mahal, bisa mencapai Rp 40 juta-Rp 60 juta per sumur. Sumur ini menembus kedalaman 190 meter hingga langsung terhubung dengan lapisan achiver (pasir) yang menyimpan air. Oleh karena itu, lebih baik diserahkan ke perusahaan atau perkantoran.
"Jadi perlu kebijakan yang menekankan pentingnya injeksi air ke lapisan dalam ini," katanya. Namun, meski mahal, Teddy mengatakan ada juga sejumlah warga yang mau membuat sumur resapan dalam di rumahnya di kawasan Tanah Abang dengan biaya sendiri. Sementara itu, waduk resapan juga perlu dipertimbangkan oleh developer kompleks perumahan. Ini penting, apalagi jika kondisi limpasan air di daerah itu cukup besar.
Waduk resapan bisa mengantisipasi banjir. Bayangkan, ungkap Teddy, waduk resapan bisa mempercepat penyerapan air 143 kali lipat dari biasanya. "Kami berusaha dikeluarkan perdanya dengan melakukan riset. Kami perlu pedoman teknis untuk gedung pemerintahan juga swasta," tegasnya.
__._,_.___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar