Powered By Blogger

Senin, 12 April 2010

MY NAME IS KHAN.. FILM YANG INSPIRATIF


 
TRAILER





Sutradara
Karan Johar
Produser
·         Dharma Productions
·         Red Chilles Entertainment
Penulis
·         Shibani Bathija (story, screenplay, dialogue)
·         Niranjan Iyengar(dialogue)
·         Karan Johar (story)
Pemeran
·         Shahrukh Khan
·         Kajol
·         Shabana Azmi
·         Sonya Jehan
·         Jimmy Shergill
Musik oleh
·         Shankar-Ehsaan-Loy
·         Niranjan Iyengar or Javed Akhtar
Sinematografi
Ravi K. Chandran
Distributor
20th Century Fox
Tanggal rilis
12 Februari 2010 



REFERENSI

Adalah Risvan (Shahrukh Khan), seorang anak lelaki yang berasal dari Borivali, sebuah daerah yang berada di Mumbai, India; merupakan anak pertama dari wanita bernama Razia(Zarina Wahab),. Risvan telah menderita kelainan mental semenjak kecil yang ibu maupun dokter yang ada disana tidak bisa menjelaskan mengenai keadaan yang diderita nya itu.
Rizvan kecil hidup bersama ibu dan seorang adik yang normal bernama Zakir(Jimmy Shergill)

Meskipun rizvan sedikit berbeda, tapi ibunya memberi kasih sayang yang sama kepadanya dan adiknya. Dengan penuh kesabaran ibunya menyayangi dan membimbingnya. Banyak hal yang diajarkan oleh Razia kepada Rizvan tentang nilai2 yang mungkin tidak Rizvan dapatkan di sekolah. Seperti semua orang pada dasarnya sama, tidak ada perbedaan antara Hindu maupun muslim, yang membedakan manusia di dunia ini hanya 2 hal. Orang yang jahat, karena dia selalu melakukan hal-hal yang tidak baik dan orang yang baik yang senantiasa melakukan kebajikan. Karena ketika Rizvan kecil terjadi pertikaian antara Muslim dan penganut agama Hindu pada tahun 1983.

Kendati Rizvan memiliki kelainan mental, namun dy tergolong anak yang cerdas dan sangat cepat menangkap setiap hal yang diajarkan ibunya, tidak hanya itu dy cepat mengingat setiap detail ucapan seseorang. Hal ini segera disadari oleh ibunya (Razia). Lalu dengan segera Razia mendatangi seorang pintar yang dianggapnya bisa membimbing Rizvan. Proffessor Wadia semula tidak mempercayai bahwa anak yang tampilannya cacat mental ini memiliki kecerdasan seperti yang dituturkan ibunya. Kemudian setelah Rizvan berceloteh dgn menggunakan bahasa ingris barulah dia mempecayainya, dan mengajarkan Rizvan banyak hal dengan metode belajar ala home schooling.

Setelah dewasa, adiknya Zakir mendapat beasiswa ke US. Meskipun Rizvan tidak dapat mengekspresikan diri baik itu menangis atau tertawa, akan tetapi sesungguhnya ia merasa kehilangan. Bukan hanya Rizvan ibunya pun merasa sangat kehilangan, terutama karena setelah selesai kuliah Zakir memutuskan menetap disana dan telah menikahi seorang dosen psikologi yang cantik bernama Haseena (Sonya Jehan). Namun Zakir telah berjanji akan membawa serta kakak dan ibunya tinggal bersama mereka di sana. Namun malangnya, sebelum hal itu bisa terwujud, Razia telah pergi mendahului mereka.

Kematian ibunya membuat Rizvan sangat terpukul. Namun pesan mendiang ibunya agar Rizvan mau berjanji agar bisa mendapatkan kebahagiaanya sendiri, membuatnya bangkit kembali. Zakir membawa kakak satu2nya ini tinggal bersamanya dan istrinya. Pertama kali bertemu, Haseena melihat ada yang aneh pada diri kakk iparnya, dan kemudian barulah dia mengetahui bahwa kakak iparnya menderita “Asperger’s syndrome” sebuah gejala autisme dimana para penderitanya memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungan sekitar. Berbeda dengan “Down Syndrome” yang cenderung memiliki ketrebelakangan mental, Asperger’s syndrome justru memiliki tingkat kecerdasarn diatas rata-rata. Dan teka teki tentang kelainan Rizvan pun akhirnya terbuka. Zakir pun baru memahami tentang kakaknya ketika istrinya menjelaskan.

Zakir pun membawa Rizvan untuk bekerja sebagai sales produk kecantikan dari perusahaan yang slama ini ia rintis. Rizvan berusaha mendalami pekerjaannya dan  karena profesi baru nya inilah ia dipertemukan dengan Mandhira (Kajol) seorang single parents yang memiliki satu putra bernama Sameer (Yuvaan Makaar). Mandhira adalah seorang capsture di sebuah salon kecantikan, dan dialah orang yang pertama kali menolong Rizvan ketika ia merasa kesulitan untuk menyeberang jalan karena pada saat itu terderang suara bising kereta trem dan terganggu oleh marka zebra cross yang berwarna kuning, yang kemudian bari dipahami bahwa 2 hal itulah yang dibenci (bising dan warna kuning)oleh penderita Asperger’s syndrome ini.

Pertemuan ini membuahkan suatu perasaan nyaman dan bahagia bagi Rizvan, Kendati mereka berbeda keyakinan, merekapun akhirnya menikah. Zakir telah mengingatkan bahwa Mandhira yang memiliki keyakinan Hindu sementara Rizvan Muslim tidak mungkin bersatu, dan bila Rizvan tetap bertekad menikah, maka dengan terpaksa ia tidak boleh menginjakkan kaki di rumahnya.
Rizvan menganggap bahwa antara hindu dan muslim itu tidak ada perbedaan (seperti ajaran ibunya), sehingga tanpa ragu, ia pun ia menikahi Mandhira dan membuka sebuah salon kecantikan sebagai mata pencaharian utama. Semua berjalan baik, memiliki keluarga yang bahagia, teman & tetangga yang saling mencintai dan yang utama Rizvan telah bisa mewujudkan 
keinginan mendiang Ibunya untuk menemukan kebahagiaan untuk dirinya.

Namun ternyata kebahagiaan itu tidak lama, karena semenjak tragedi berdarah serangan teroris yang berakibat runtuhnya gedung WTC pada 9 september kehidupan mereka nyaris berubah. Warga Amerika penjadi antipati terhadap semua yang berkebangsaan India, terutama yang muslim. Toko mereka di lempari batu, dijarah dan yang lebih parahnya apabila ditemu di jalan, mereka akan di kejar dan disakiti. Tak pelak hal ini terjadi pada Sameer.

Semenjak kematian ayahnya Reese, Mark Garric (Dominic Renda) karena tugas meliput di Perang Irak, Reese menjauhi Sameer. Ia seperti menghukum Sam dan menganggap Sam yang memiliki ayah muslim lah sebagai penyebab kematian ayahnya. Sam berusaha meyakinkan Reese dan hendak meluruskan masalah. Namun disaat mereka bertengkar mulut, ada 4 kawannya yang melihat dan bukan nya berusaha melerai akan tetapi mereka malah membuat suasana menjadi keruh dengan mengatakan bahwa karena Sam dan bangsanyalah sehingga Reese kehilangan ayahnya. Meskipun Reese merasa benci tehadap Sam, namun dalam hatinya yang terdalam, ia masih menyayangi Sam, sehingga ketika Sam di hajar & dipukuli hingga tak sadarkan diri, ia berontak. Namun oleh ke4 kawannya itu, Reese dibungkam, terlebih ketika mengetahui Sam pingsan.

Sam dibawa ke RS terdekat,namun ternyata dia tidak dapat diselamatkan. Kematian Sam menjadi pukulan telak Mandhira. Semenjak itu, dia menyalahkan Rizvan atas kematian anaknya. Dan sangat menyesali pernikahan ini. Rizvan berkata bahwa ia juga sangat menyayangi Sam, namun kemarahan dan rasa kehilangan yang amat sangat dirasakan oleh Mandhira membuatnya hilang kesadaran. Ia berteiak marah kepada Rizvan, Ia akan memaafkan dan menerima Rizvan kembali apabila ia telah bisa mengatakan kepada seluruh penduduk San Fransisco bahwa ia bukan teroris, malah ia menantang tidak hanya di San Francisco, kalau bisa ia bertemu dengan Presiden US dan mengatakan bahwa ia Rizvan Khan dan anaknya Sameer Khan bukan teroris. Rizvan menanggapi ucapan Mandhira, dan dengan segera berkemas untuk mencari presiden dan menuai keinginan istrinya Mandhira.

Perjalanan panjang nan penuh kesedihan pun dimulai. Rizvan harus rela ketinggalan pesawat menuju Washington DC karena ketika di bandara ia di curigai teroris, dan melewati pemeriksaan yang panjang. Karena uang yang menipis, ia pun rela menjaja kemampuannya membetulkan hampir semua barang, termasuk menjadi montir.

Setelah mengalami kegagalan dalam beberapa kesempatan untuk bertemu presiden, akhirnya tiba saat yang tepat untuk bertemu di sebuah kampus di Los angeles. Saking semangatnya, Rizvan berteriak sambil dikepalkannya tangan di udara “My name is Khan. And I’m not a terrorist!” Sayang nya orang di sekelilingnya salah dengar dan balik meneriakkan bahwa dia adalah teroris, hingar bingarlah suasana & dalam sekejap Rizvan sudah ditangkap oleh polisi. Akibat trauma 9/11, pemeriksaan Khan memakan waktu yang cukup lama. Walau begitu, di tahanan ia dibela oleh seorang psikiater bernama Radha (Sheetal Menon) yang dengan segera mengenali “Asperger’s syndrome” yang diderita Rizwan Khan. Sementara itu seorang polisi penyidik malah menganggap itu hanya akting belaka. Dan dalam setiap kesempatan mengadakan investigasi selalu bertanya hubungan Rizvan dengan Osama Bin Laden.

Untunglah, teriakan Khan sempat terekam oleh kamera dua orang awak pers kampus. Mereka bernama Raj (Arjun Mathur) dan Komal (Suganda Garg). Mereka menyaksikan berulang-ulang rekaman itu dan yakin justru Khan berteriak “I’m not a terrorist”, bukan “I’m terrorist!” (dalam hati saya bilang, ya iyalah, masak ada teroris teriak-teriak pengumuman begitu?). Komal sendiri sempat menolak menindak lanjuti pembelaan Khan. Namun ia luluh setelah temannya menyinggung, “kamu tidak mau membela karena ia bernama Khan (Islam) bukan? Apakah akan berbeda bila nama marganya Khanna (Hindu)?”, ternyata Komal memang seorang Hindu dan ia tidak mau dicap rasis.

Setelah mencoba mencari bantuan dari jurnalis profesional dan selalu ditolak, mereka akhirnya mendapatkan bantuan kampanye pemberitaan dari Bobby Ahuja (Parvin Dabas), seorang sighn. Segera saja berita “salah tangkap” itu merebak dan memicu perhatian publik. Bahkan anggota Kongres pun meminta Khan dibebaskan. Menyadari kesalahannya, walau terpaksa kepolisian melepaskan Khan. Apalagi, dalam rekaman telepon, terbukti Rizwan Khan berupaya menelepon FBI memberitahukan rencana jahat Dr. Faisal Rahman. Ulama itu kemudian ditangkap bersama sejumlah pengikutnya.

Mandira yang sudah menyadari kesalahannya, segera menyusul Khan. Bahkan ia menunggu Khan di luar kantor polisi. Namun Khan yang merasa tugasnya belum selesai, tidak mau menemui Mandira. Di sini kejadiannya “film banget” bagi saya. Karena ada adegan sejumlah orang menyambut sang pahlawan, sementara sang pahlawan berselisih jalan dengan kekasihnya.

Dalam upayanya kembali menemui Presiden A.S., Rizwan melihat di televisi terjadi badai besar di Georgia. Ia lantas teringat Mama Jenny (Jennifer Echols). Ini adalah seorang ibu kulit hitam yang menolongnya dalam masa awal2 upayanya bertemu Presiden A.S. Mama Jenny sangat menghargai Rizvan yang telah menyelamatkan anaknya sehingga pada saat upacara pengiriman Doa bagi Korban Perang Iraq dimana salah satu anak sulung nya menjadi korban, Mama Jenny turut menyematkan foto Sam. Mama Jenny ini adalah penganut Kristen Methodist yang amat taat, namun tidak membeda-bedakan siapa yang perlu ditolongnya. Dengan gaya kharismatiknya di gereja, Rizwan dido’akan oleh jemaat Mama Jenny agar tetap bersemangat melaksanakan ucapan istrinya yang dianggap amanat olehnya.

Maka, saat Georgia dilanda badai besar, dengan heroik Rizvan kembali ke sana untuk menolong Mama Jenny. Dengan keahliannya “yang bisa memperbaiki apa saja”, ia berupaya keras mencari uang untuk meneruskan perjalanan, yang pada akhirnya digunakan untuk ke Georgia dan membantu korban bencana di sana yang berlindung di gereja. Kiprahnya ini diliput luas oleh televisi dan mendatangkan simpati. Kemudian -ini juga sangat film- datanglah rombongan bantuan lain termasuk Haseena ke gereja di Georgia itu. Akan tetapi, tanpa diduga, ternyata dalam rombongan itu terdapat seorang pengikut fanatik Dr. Faisal Rahman. Ia kemudian menusuk Rizwan sebagai pembalasan atas ditangkapnya gurunya karena laporan Rizwan Khan.

Maka, Rizwan Khan pun terluka dan dilarikan ke rumah sakit. Mandira yang mengetahui kabar itu menyusul ke rumah sakit. Di R.S., hasrat Rizwan Khan untuk sembuh besar karena ia merasa masih harus bertemu Presiden A.S. Meski Mandira menyatakan sudah memaafkan, ia tak mau berhenti, karena menurutnya orang yang bermarga Khan pantang mengingkari ketika sudah berjanji. Bahkan Rizvan Khan sempat panik karena saat itu tinggal tiga hari lagi hasil Pemilu diumumkan, yang berarti akan terjadi pergantian Presiden.

Di akhir cerita, memang happy ending karena kemudian -dengan penggambaran yang lagi-lagi film bangeeet- Rizwan Khan diperbolehkan menemui dan bersalaman dengan Presiden terpilih Barack Hussein Obama (Christopher B. Duncan) dengan disaksikan hampir seluruh kerabatnya, dimana kemudian Obama juga berpidato singkat di podium menyambut Rizwan Khan. Jadi mirip Srimulat karena hampir semua pemain berkumpul di akhir film. Seperti sudah saya sebutkan tadi, film ditutup dengan humor ironis dimana Rizwan Khan dengan lugu menyampaikan “salam”  dari Marshall A.S. di bandara yang menahannya dahulu kepada Presiden A.S. Padahal, Marshall itu mengatakan begitu dengan mengklaim sebagai teman Presiden untuk mengejek Rizwan Khan yang dianggap tak mungkin bertemu sang presiden.

Pendek kata, meski dalam film ini diceritakan latar belakang setting peristiwa seputar 9/11, namun film ini -seperti tagline-nya- sejatinya berkisah tentang cinta. Cinta sejati yang tak memandang perbedaan. Tidak hanya perbedaan agama, bahkan juga perbedaan antara orang biasa dengan penyandang “Asperger’s syndrome”. Akan tetapi, bagi saya, film ini mengajarkan banyak, termasuk pemahaman soal agama dan budaya lain, sehingga kita tidak menjadi fanatik buta atas kebenaran yang kita anut.



cr.
wikipedia
http://lifeschool.wordpress.com
http://gosipboo.blogspot.com
youtube

Tidak ada komentar:

Posting Komentar